Pahang, NTBZONE.COM - Niat hati inspeksi melakukan peninjauan kondisi Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada dua perusahaan perladangan sawit yang berlokasi di Muazzam Pahang Malaysia pada Kamis (6/10), Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Evi Apita Maya seperti bertemu masa penggemar dan simpatisan. Kunjungan senator yang fenomenal dengan foto cantiknya ini, disambut ratusan pekerja migran asal Lombok provinsi NTB ketika dikumpulkan dalam agenda silaturahmi oleh Syarikat Sawira Plantations Berhad.
Hampir seluruh PMI yang dihadirkan dalam pertemuan tersebut terlihat akrab dan sangat mengenali sosok Evi Apita Maya sebagai legislatif terpilih hasil Pemilu 2019 lalu. Bahkan banyak dari mereka yang melontarkan kata "lanjutkan" meski kunjungannya ke perkebunan sawit itu bukan untuk berkampanye.
"Karena hampir seluruh pekerja dari Syarikat Sawira ini saya yang melepas pemberangkatannya dulu melalui PT. Kijang Lombok Raya. Dan saya sangat mengetahui pasti bahwa mereka tidak hanya berangkat resmi sesuai prosedur, tapi juga tidak dipungut biaya menjadi pahlawan devisa sebagai migran," ucap Evi Apita Maya menjelaskan kepada pihak Syarikat Sawira.
Dengan disambut riuh akrab para pekerja, Evi Apita Maya menjelaskan tentang kunjungannya ke kawasan pemukiman pekerja kebun sawit, yang didampingi oleh Ketua Komite I DPD RI, Sylviana Irma dan Wakil Ketua Komite III DPD RI, Buya Muslim Muhammad Yatim. Ia mengatakan bahwa kunjungannya untuk membuktikan langsung terkait kebijakan penempatan kerja migran gratis (zero cost) dari pengakuan para pekerja, dan juga komitmen syarikat setempat. Jajaran legislator inipun bahkan sampai rela menginap, dan merasakan sensasi bermukim di tengah perkebunan sawit seperti yang dirasakan oleh pekerja migran.
"Kami disini bukan karena perintah pimpinan tapi sengaja berangkat dari Indonesia bahkan hingga menginap ditengah perkebunan sawit ini untuk menemui para pekerja, untuk membuktikan apakah benar yang selama ini kita dengar, tentang kebijakan zero cost yang wajib dipatuhi PT. Kijang Lombok Raya dan didukung juga pembiayaannya oleh Syarikat setempat," jelasnya.
Senator dapil Provinsi NTB inipun bahkan mewawancarai langsung satu persatu pekerja ladang dikawasan tersebut, agar berkata jujur tentang kondisi hingga aspek jaminan perlindungan, juga fasilitas yang disediakan syarikat. Seperti halnya tentang pendapatan yang diterima setiap pekerja perbulan. Evi Apita Maya menekankan, jika pekerja disiplin dan bekerja dengan rajin maka dipastikan janji syarikat yang menggaji pekerjanya 1.500 RM perbulan akan ditepati sebagaimana perjanjiannya ketika menawarkan job order (pengajuan permintaan tenaga kerja).
"Disini cuma beberapa orang yang gajinya dibawah 1.500 RM, sebagian besarnya sudah diatas itu bahkan mencapai 4.000 RM. Dan setelah kami kroscek pekerja tersebut mendapat gaji rendah karena kurang giat bekerja. Tapi jika ada yang giat bekerja tapi gajinya kurang karena dipotong perusahan laporkan ke kami. Dan kami blokir perusahaannya mengajukan permintaan tenaga kerja dari Indonesia," tegasnya.
Tak ubahnya dengan Syarikat Sawira, rombongan DPD RI juga disambut oleh pekerja migran hingga jajaran pimpinan dan manager perkebunan sawit LamSoon. Banyak diantara para pekerja migran yang berasal dari Lombok, bahkan meminta untuk foto bersama dengan Evi Apita Maya. "Mereka ini berasal dari sejumlah daerah di Dapil saya Nusa Tenggara Barat. Mereka ini yang kita perjuangkan bersama PT. Kijang Lombok Raya agar mendapatkan penempatan kerja yang memperlakukan para pekerjanya dengan baik dan komitmen membayar seluruh biayanya hingga dapat bekerja di Malaysia," ucap Evi Apita Maya.
Selain melihat pemukiman pekerja di dua wilayah perkebunan sawit, selama dua hari Evi Apita Maya beserta rombongan DPD RI juga mengecek tempat para pekerja membeli kebutuhan sehari - hari. Termasuk juga melihat kelayakan tempat ibadah dan kondisi perkebunan sawit yang menjadi lokasi rutinitas pekerja migran mengais rezeki.
Social Header