![]() |
drh. Hultatang, Kabid Keswan Lombok Timur ( Istimewa ) |
Lombok Timur, NTBZONE.Com - Memasuki masa pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim hujan (atau sebaliknya) harus disikapi dengan kewaspadaan oleh masyarakat pemilik ternak. Sebab, kondisi perubahan iklim dan cuaca yang terjadi sekarang ini berpotensi menjadi ancaman serangan penyakit terhadap hewan ternak.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veterinar pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Lombok Timur drh. Hultatang, bahwa peralihan musim akan mengganggu metabolisme tubuh pada hewan ternak.
"Kalo dia (hewan ternak-red) tidak mampu beradaptasi, maka akan terjadi ketidakseimbangan tubuh, maka dia akan sakit," kata Hultatang, Kamis (23/11/2023).
Beberapa penyakit yang umum terjadi pada ternak sapi pada musim peralihan, papar dia, adalah penyakit yang bersifat musiman seperti diare, demam dan pincang atau dalam istilah medisnya disebut Bovine Amphemeral Fever (BEF), penyakit yang di kalangan peternak akrab disebut demam tiga hari.
Selain itu, pakan rumput yang mengandung terlalu banyak air jika dimakan oleh sapi dapat mengakibatkan gangguan pencernaan (kembung). Bahkan rumput yang terlalu muda dapat menyebabkan sapi menjadi mencret.
Di lain sisi, sapi tidak terlalu menyukai musim hujan. Sebab, kondisi basah dan becek yang diperparah dengan banyaknya lalat dapat menyebabkan sapi terkena anemia.
Rumput yang melimpah pada musim penghujan juga menjadi masalah tersendiri bagi sapi. Pasalnya, suguhan pakan rumput yang banyak dapat menyebabkan napsu makan sapi jadi berkurang. Maka menjadi penting untuk mengatur takaran rumput.
"Nah rumput yang melimpah itu jangan dikasi full di tempat pakannya itu. Kasi sedikit demi sedikit supaya ada gairah makannya. Karna sapi itu kalo disuruh memilih dia akan memilih. Tapi kalo dipaksa, dia akan mengatur dirinya untuk beradaptasi terhadap keadaannya itu," jelasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, penting bagi peternak untuk menjaga imunitas hewan peliharaannya dengan cara memberikan multi vitamin. Diantaranya adalah vitamin B yang berfungsi untuk memperbaiki metabolisme tubuh sapi.
Kemudian vitamin C sebagai anti oksidan yang dapat menjaga ketahanan tubuh sapi, ditambah vitamin penambah darah dan lain sebagainya. Di luar itu, menjaga makanan dan air minumnya serta menjaga kebersihan kandang menjadi hal yang harus selalu diperhatikan.
Sedangkan pada ternak unggas seperti ayam, penting bagi peternak untuk menjaga sistem kelembapannya untuk menjaga ayam tetap merasa nyaman. Maka, kepada masyarakat yang memelihara ayam dalam skala besar direkomendasikan untuk membuat close house (kandang tertutup).
"Close house itu kandangnya tertutup semua, sehingga resiko gangguan luar itu sangat kecil. Karna kelembapan udara dan suhunya dapat dikontrol," sebut dia.
Biasanya, ternak unggas rentan mendapat gangguan dari luar jika menggunakan open house (kandang terbuka), karena angin tidak bisa dikontrol serta kelembapannya juga tidak bisa dikontrol. Hal itu akan menimbulkan penyakit jika unggasnya tidak mampu beradaptasi.
Jika imunitas dan sistem anti bodi terhadap virus menurun, maka akan menyebabkan unggas tersebut menderita sakit. Penyakit ternak unggas yang sering muncul pada saat musim pancaroba diantaranya adalah Newcastle disease (ND).
Newcastle disease (ND) atau sering juga disebut dengan Penyakit Tetelo merupakan suatu penyakit pernafasan dan sistemik yang bersifat akut dan mudah sekali menular yang disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai jenis unggas terutama ayam.
Penularan virus ND dapat terjadi secara langsung dari ayam sakit ke ayam yang peka, tetapi dapat juga terjadi secara tidak langsung melalui alat atau pekerja yang tercemar virus tersebut. Ayam yang terserang virus ND yang mengalami gangguan pernafasan akan menyebabkan adanya udara yang bercampur titik air yang mengandung virus ND yang berasal dari mukus ayam sakit.
Agar bisa bertahan hidup, maka ternak unggas yang terkena ND tersebut harus divaksin sesuai dengan jadwal, serta diberikan vitamin. Terhadap hal itu, masyarakat diminta untuk tidak abai, sebab virus tersebut berpotensi menular ke unggas yang lain.
Untuk mengantisipasi penularan virus ND tersebut, masyarakat yang memelihara unggas dengan cara tradisional atau melepas ayamnya, disarankan untuk menggunakan pola semi intensif.
"Semi intensif itu ada kandang. Nah ketika cuacanya sedang tidak bagus, ayamnya bisa dikandangkan. Masyarakat kita ini kan suka mendatangkan unggas baru yang bisa saja menjadi pembawa virus. Maka sebaiknya dikandangkan dulu," demikian Hultatang.
Social Header